Makalah Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama


BAB 3
FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN DAN AGAMA
A.    Hubungan Filsafat  Dengan Ilmu Pengetahuan
Secara historis ada hubungan emosional yang signifikan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan dilahirkan oleh filsafat, meskipun akhirnya keduanya menempati posisi yang sama sebagai ilmu. Perbedaan di antara keduanya adalah, filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. Filsafat tidak hanya meneyelidiki tentang sebab-akibat, tetapi menyelidiki hakikatnya sekaligus. Sedangkan ilmu vak membahas tentang sebab dan akibat suatu peristiwa.
Relasi filsafat dengan ilmu pengetahuan merupakan dua ilmu yang saling terkait. filsafat merupakan bidang yang mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi, dan implikasi dari ilmu yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Ilmu filsafat ini berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah ilmiah. Ilmu ini berusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam.
Komentar: filsafat maupun pengetahuan merupakan modal kebijaksanaan manusia yang bersumber dari akal. Akal digunakan manusia untuk berpikir untuk membuka tabir di dunia dan akhirat. Yang membedakan di antara keduanya yaitu, filsafat menggali secara mendasar hingga dasar, sedangakan pengetahuan bersifat general umum, apabila pengetahuan merujuk kepada kekhususan atau spesifik maka itu yang dinamakan sebuah ilmu.

B.     Perbandingan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
a.       Persamaan filsafat dan imu pengetahuan sebagai berikut:
1.      Keduanya mencari rumusan terbaik dan menyelidiki objek hingga mendasar dengan lengkap
2.      Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheran yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
3.      Keduanya hendak memberikan sintesis yaitu suatu pandangan yang bergandengan
4.      Keduanya memiliki metode dan sistem
5.      Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia(obyektifitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
b.      Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1.      Obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris.
2.      Obyek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat non-fragmentaris, karena mencari pengertian dari sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam, dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif.
3.      Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis dan pengawasan, sedangakan ilmu haruslah diadakan lewat riset.
4.      Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5.      Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir yang mutlak dan mendalam sampai mendasar (primary cause), sedsangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam yang lebih dekat yang sekunder (secondary cause).
Komentar: perlu diketahui bahwa kedudukan filsafat sebagai sumber pertanyaan, sedangkan ilmu sebagai sebuah jawaban. Disamping itu, filsafat berfungsi untuk mencari sebuah kebenaran. Kebenaran itu diperoleh secara rasional, empiris, ilmiah, intuisi, dan dogmatis.

C.     Eksistensi Filsafat Dan Agama
Abu Hayyan Tauhidi, dalam kitab al-imta wa al-muanasah, berkata, “filsafat dan syariat senantiasa bersama, sebagaimana syariat dan filsafat terus sejalan, sesuai, dan harmonis”.
Abul Hasan ‘Amiri, seorang filosof terkenal yang juga berupaya membangun keharmonisan antara agama dan filsafat. Ia memandang bahwa filsafat itu lahir dari argumentasi akal-pikiran dan dalam hal ini, akal mustahil melanggar perintah-perintah Tuhan. Ia berkata dalam kitabnya, al-Amad ‘ala al-Abad, “akal mempunyai kapabilitas mengatur segala sesuatu yang berada dalam cakupannya, tetapi perlu diperhatikan bahwa kemampuan akal ini tidak lain adalah pemberian dan kodrat Tuhan. Sebagaimana hukum alam meliputi dan mengatur alam ini, akal juga mencangkup alam jiwa dan berwenang mengarahkannya. Tuhan merupakan sumber kebenaran yang meliputi secara kodrat segala sesuatu. Cakupa kodrat adalah satu cakupan dimana Tuhan memberikan kepada suatu makhluk apa-apa yang layak untuknya. Dengan ini, dapat kesimpulan bahwa alam natural secara esensial berada dalam ruang lingkup hukum materi dan hukum materi juga secara substansial mengikuti jiwa, dan jiwa berada di bawah urusan akal yang membawa pesan-pesan Tuhan.
Komentar: menurut Ibnu Sina, tafakkur dalam kerangka teoritis dan praktis (terapan) pada hakikatnya adalah bahwa manusia berakal mengulurkan tangannya kepada realitas mutlak yang maha sempurna untuk memohon agar hakikat, rahasia dan ilmu atas segala sesuatu tersingkap baginya. Mengenai tafakkur (berpikir), Rasuullah bersabda, “berfikir satu jam lebih baik daripada sholat malam”. Dengan hal ini betapa pentingnya berpikir, bermuhasabah, merenung dan membaca kondisi untuk mengungkap dan memahami tabir di dunia.

D.    Hubungan Filsafat Dan Agama
Baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai kebenaran yang sejati. Agama yang dimaksud disini adalah agama samawi yaitu agama yang diwahyukan Tuhan kepada nabi dan rasul-Nya. Di balik persamaan itu terdapat pula perbedaan antar keduanya. Dalam agama ada beberapa hal yang amat penting, misalnya Tuhan, kebijakan, baik, dan buruk, surga dan neraka, dan lain-lain. Hal-hal tersebut diselidiki pula oleh filsafat. Oleh karena hal-hal tersebut ada atau paling penting tidak mungkin.
Dalam filsafat, untuk kebenaran hakiki manusia harus mencari sendiri dengan mempergunakan alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir dan batin. Sedangkan dalam agama, untuk mendapatkan kebenaran hakiki itu  manusia tidak hanya mencari sendirinya sendiri, melainkan ia harus menerima hal-hal yang diwahyukan Tuhan, dengan kata singkat percaya atau iman.
Komentar: perlu diketahui bahwa kedudukan filsafat itu untuk mencari kebenaran. Kebenaran tersebut diperoleh dengan cara rasional, empiris, ilmiah, intuisi, dan dogmatis. Namun mengenai hal agama itu membutuhkan keyakinan (keimanan), dalam hal ini (agama) sudah terbukti dengan mukjizat-Nya, Al-Qur’an, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad. Oleh karena itu, tunggu apalagi, hal yang sudah pasti ujungnya seperti surga dan neraka, idealnya kita dapat memperbanyak persiapan daripada banyak memperdebatkan.

E.     Titik Sentuh Antara Filsafat, ilmu Pengetahuan Dan Agama
a.       Persamaan antara ketiganya yaitu:
1.      Ketiganya baik ilmu pengetahuan, filsafat maupun agama merupakan sumber atau wadah kebenaran (obyektifitas) atau bentuk kebenaran
2.      Dalam pencarian kebenaran (obyektifitas), ketiga bentuk pengetahuan itu masing-masing mempunyai metode, sistem dan mengolah obyek selengkapnya sampai habis-habisan
3.      Ketiganya menjadi besar berkat pencarian dan perenungan yang didorong oleh cinta yang murni kepada kebenaran.
b.      Perbedaan antara ketiganya yaitu:
1.      Sumber kebenaran pengetahuan dan filsafat adalah sama keduanya dari manusia itu sendiri dalam arti pikiran, pengalaman dan intuisinya. Oleh karena itu disebut juga bersifat horizontal dan immanent. Sedangkan sumber kebenaran agama dari Allah, karena itu disebut juga bersifat vertikal dan transendental.
2.      Filsafat menggarap bidang yang luas dan umum, sedangkan ilmu membahas bidang-bidang yang khusus dan terbatas. Tujuan filsafat mencari pemahaman dan kebijaksanaan atau kearifan hidup. Sedangkan ilmu bertujuan untuk mengadakan deskripsi, prediksi, eksperimentasi, dan mengadakan kontrol pengetahuan dan realitas. Filsafat memang bukanlah agama, namun agama akan matang dan kokoh mencatumkan latar belakang filsafat. Dalam agama, persembahan (pengabdian) lebih merupakan sentral dari sekedar pengetahuan. Tujuan agama adalah untuk mencari keharmonisan, keselamatan, dan perdamaian.
3.      Agama bersifat dogmatis. Mengandung nilai-nilai yang terkait dengan keyakinan. Kebenaran dalam agama tidak selalu diterima dengan nalar (logika). Namun agama juga menawarkan penjelasan pada manusia tentang fenomena tertentu. Penjelasan tersebut diperoleh melalui persaan, intuisi, dan wahyu dari Tuhan. Berbeda dengan filsafat yang berada dalam tahapan berpikir (kognitif), ilmu berada pada tahapan yang langsung berhubungan dengan fakta. Ilmu harus dioperasionalisasikan karena ilmu bukan hanya sarana berpikir, tapi juga harus menjelaskan fakta. Konsekuensinya, ilmu memiliki struktur dan prosedur tertentu.
Komentar: pada hakikatnya filsafat bertanya kemudian ilmu dan agama menjawab. Filsafat mencari kebenaran sedasar mungkin, namun agama yang menjadi batasan, agar fungsi pencarian filsafat tidak melampaui batas dogmatis. Karena agama bukan dicari kebenarannya tapi perlu diyakini. Disamping itu, fenomena yang ada di alam semesta sudah menjadi jawaban bagi manusia untuk beriman sepenuh hati.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Inspiratif: Ibu Enam Anak yang Berprestasi

Tidak ada kaitannya marah dengan baik (cerita Nabi dengan istrinya, Shofia)

berbincang Asyik tentang kebinekaan bersama kemendikbud