MAKALAH PERADABAN ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Penulisan
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan
dan langkah setiap insan di masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah
tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem
pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah, dan dalam makalah ini
akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.
Dalam
peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan
ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak
kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik,
dan Ilmu pengetahuan. Dan dari segala bidang yang ada menghantarkan daulah Bani
Abbasiyah menjadi salah satu Dinasti yang sangat berpengaruh bagi kemajuan dan
perkembangan peradaban islam di masa itu.
Disamping
kesuksesan dan kegemilangan yang didapatkan oleh ummat Islam pada masa itu,
ternyata daulah Abbasiyah pun mengalami masa kemunduran. Hal inilah yang perlu
untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa
peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan
negara-negara Eropa. Bahkan kita harus berbangga karena peradaban yang terjadi
dan ada pada masa Daulah Abbasiyah diadopsi oleh peradaban Eropa hingga saat
ini. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh
seluruh dunia, maka akan memotivasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita
mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba untuk
mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat
ini.
1.2 Rumusan
Penulisan
a. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti
Abasiyah?
b. Bagaimana sistem politik, pemerintaha dan sosial
pada masa Dinasti Abasiyah?
c. Bagaimana perkembangan peradaban Islam
pada masa pemerintahan Dinasti Abasiyah?
d. Apa yang menyebabkan runtuhnya Dinasti
Abasiyah?
1.3 Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat dari ditulisnya
makalah ini adalah sebaga berikut :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat
yang dapat diambil dari hasil penulisan makalah ini secara teoritis adalah
menambah ilmu dan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar
mengajar. Juga dengan bertambahnya ilmu, maka bertambah pula wawasan seseorang
akan suatu bidang keilmuan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat
secara praktis yang dapat diambil dari penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut :
-
Dapat
mengaplikasikan materi yang ada dalam makalah kedalam kegiatan belajar dan
mengajar.
-
Dapat
mengaplikasikan materi pembelajaran tersebut kedalam kehidupan sehari – hari.
-
Dapat
memetik pelajaran berharga dari makalah ini dan menjadikannya motivasi bagi
kehidupan.
-
Dapat
menjadikan materi dalam makalah ini sebagai handout bagi studi mata kuliah yang
sama.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Lahirnya Dinasti Abasiyah
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul
Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali
bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas
As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132 – 656 H / 750 – 1258
M. Lima setengah abad lamanya keluarga Abbasiyah menduduki singgasana Khilafah
Islamiyah. Pusat pemerintahannya di kota Baghdad.
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan
pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di
satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika
itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di
Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan
pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari
segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima
abad.
Bani Abbasiyah mempunyai kholifah sebanyak 37 orang. Dari
masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah agama
Islam mencapai zaman keemasan (132 – 232 H / 749 – 879 M). Dan pada masa
kholifah Al-Mutawakkil sampai dengan Al-Mu’tashim, Islam mengalami masa
kemunduran dan keruntuhan akibat serangan bangsa Mongol Tartar pimpinan Hulakho Khan pada tahun 656 H / 1258 M.
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya
membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
1. Periode Pertama (132 H/750 M –
232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334
H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447
H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah.
Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M –
590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah
Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M –
656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi
kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
2.2
Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial Dinasti Abasiyah
1.
Sistem
Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus
dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah
yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil
gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah
Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul
dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap Bani Umayyah di
dalam masalah sosial dan politik diskriminastif. Khalifah-khalifah Abbasiyah
yang memakai gelar “Imam” yang memiliki arti pemimpin masyarakat muslim
bertujuan untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh
tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti
Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti
Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad
dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu
pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah
mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa sistem politik yang
dijalankan oleh Daulah Abbasiyah yaitu:
a) Para
Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil
dari kaum mawalli.
b) Kota
Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik,
ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk
bangsa dan penganut agama lain.
c) Ilmu
pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan sesuatu yang
harus dan perlu untuk dikembangkan.
d) Kebebasan
berpikir sebagai hak asasi manusia.
2.
Sistem
Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa
sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa
perubahan yang sangat mencolok, yaitu:
a) Tampilnya
kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat yang sama dalam
kedudukan sosial.
b) Kerajaan
Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa yang berbeda-beda (bangsa
Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c) Perkawinan
campur yang melahirkan darah campuran.
d) Terjadinya
pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .
2.3 Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abasiyah
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam.
Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu
pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat
peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di
dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik
agama maupun non agama juga muncul pada masa ini.
Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajuan
ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas
politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi
pemicu kemajuan peradaban Islam.
a)
Perkembangan Intelektual
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahhan Harun ar-Rasyid, kemajuan intelektual
pada waktu itu setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
1. Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab
dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu
pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting dibidang
pemerintahan. Selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat
dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemah-terjemah dalam
banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
2. Gerakan Terjemah Pada masa daulah ini
usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh
gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama
di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dari gerakan ini
muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain :
a. Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu
Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina, al- Ghazali Ibnu Rusyid.
b. Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan,
Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra, Ar-Razi.
c. Bidang Matematika: Umar al-Farukhan,
al-Khawarizmi.
d. Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani,
Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.
Dari
hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama,
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang
ilmu pengetahuan, antara lain:
1. Ilmu Umum
a. Ilmu
Filsafat
-
Al-Kindi
(809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
-
Al
Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
-
Ibnu
Bajah (wafat tahun 523 H)
-
Ibnu
Thufail (wafat tahun 581 H).
-
Ibnu
Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antaralain: Shafa, Najat,
Qoman, Saddiya dan lain-lain
-
Al
Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karyanya: AlMunqizh
Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin dan lainlain.
-
Ibnu
Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza,
Kasful Afillah dan
lain-lain.
b.
Bidang
Kedokteran
-
Jabir
bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
-
Hurain
bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai penterjemah
bahasa asing.
-
Thabib
bin Qurra (836-901 M).
-
Ar
Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai
cacar dan campak
yang diterjemahkan dalam bahasa latin :
c. Bidang Matematika
-
Umar
Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
-
Al
Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
d. Bidang Astronomi
Berkembang
subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam
perbintangan ini seperti :
-
Al
Farazi : pencipta Astro lobe
-
Al
Gattani/Al Betagnius
-
Abul
wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
-
Al
Farghoni atau Al Fragenius
e. Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman
ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik, seni tari, seni
pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
2. Ilmu Naqli
a. Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang
termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As
Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain
b. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama
seperti: Imam
Bukhori (194-256
H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H), Abu Daud (wafat 275
H), At-Tarmidzi, dan lain-lain.
c. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum
Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakan ilmu kalam, diantaranya para pelopor
itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary,
Hujjatul Islam Imam Ghazali
d. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya
adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah,
Syahabuddin (wafat 632 H). Karangannya : Awariful Ma’arif, Imam Ghazali :
Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.
e. Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha
yang sampai sekarang aliran mereka masih mendapat tempat yang luas dalam masyarakat
Islam. Yang mengembangkan faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah
(Hasjmy, 1995:276-278).
b)
Perkembangan Peradaban di
Bidang Fisik
Perkembangan peradaban pada masa daulah
Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upayaupaya dilakukan oleh para
Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan –bangunan yang
berupa:
a. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan
pendidikan rendah dan menengah.
b. Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan
para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah
ilmiah.
c. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang
didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di
dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk
adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai
sekarang ini, dengan nama Madrasah.
e. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan
tinggi dan tahassus.
Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.
Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.
c)
Kehidupan Perekonomian
Daulah Bani Abbasiyah
Permulaan masa kepemimpinan Bani
Abbassiyah, perbendaharaan negara penuh dan berlimpah-limpah, uang masuk lebih
banyak daripada pengeluaran. Yang menjadi Khalifah adalah Mansyur. Dia
betul-betul telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan keuangan
negara. Dia mencontohkan Khalifah Umar bin Khattab dalam menguatkan Islam.
Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil pula dalam :
Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil pula dalam :
1. Pertanian, Khalifah membela dan
menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada
beberapa yang dihapuskan sama sekali.
2. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk
beramai-ramai membangun berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa kota
dan industri-industrinya.
3. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk
memajukan perdagangan seperti:
a. Membangun sumur dan tempat-tempat
istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.
b. Membangun armada-armada dagang.
c. Membangun armada : untuk melindungi
parta-partai negara dari serangan bajak laut.
Usaha-usaha
tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar
negeri. Akibatnya kafilah-kafilah dagang kaum muslimin melintasi segala negeri
dan kapal-kapal dagangnya mengarungi tujuh lautan. Selain ketiga hal tersebut,
juga terdapat peninggalan-peninggalan yang memperlihatkan kemajuan pesat Bani Abbassiyah.
1. Istana Qarruzzabad di Baghdad
2. Istana di kota Samarra
3. Bangunan-bangunan sekolah
4. Kuttab
5. Masjid
6. Majlis Muhadharah
7. Darul Hikmah
8. Masjid Raya Kordova (786 M)
9. Masjid Ibnu Taulon di Kairo (876 M)
10. Istana Al Hamra di Kordova
11. Istana Al Cazar, dan lain-lain
(Ma’ruf,1996:39-40).
d)
Strategi Kebudayaan dan
Rasionalitas
Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa
kebebasan berpikir diakui sepenuhnya sebagai hak asasi setiap manusia oleh
Daulah Abbasiyah. Oleh karena itu, pada waktu itu akal dan pikiran benar-benar
dibebaskan dari belenggu taqlid, sehingga orang leluasa mengeluarkan pendapat.
Berawal dari itu, zaman pemerintahan Abbasiyah awal melahirkan 4 Imam Madzhab
yang ulung, mereka adalah Syafi’i, Hanafi, Hambali, dan Maliki. Disamping itu,
zaman pemerintahan Abbasiyah awal itu juga melahirkan Ilmu Tafsir al-Quran dan
pemisahnya dari Ilmu Hadits. Sebelumnya, belum terdapat penafsiran seluruh
al-Quran, yang ada hanyalah Tafsir bagi sebagian ayat dari berbagai surah, yang
dibuat untuk tujuan tertentu (Syalaby, 1997:187). Dalam negara Islam di masa
Bani Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa.
Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam
unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan Hindi dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan Hindi dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
1. Kebudayaan Persia, Pesatnya perkembangan
kebudayaan Persia di zaman ini karena 2 faktor, yaitu :
a. Pembentukan lembaga wizarah
b. Pemindahan ibu kota
2. Kebudayaan Hindi, Peranan orang India
dalam membentuk kebudayaan Islam terjadi dengan dua cara:
a. Secara langsung, Kaum muslimin berhubungan
langsung dengan orang-orang India seperti lewat perdagangan dan penaklukan.
b. Secara tak langsung,penyaluran kebudayaan
India ke dalam kebudayaan Islam lewat kebudayaan Persia.
3. Kebudayaan Yunani
Sebelum dan
sesudah Islam, terkenallah di Timur beberapa kota yang menjadi pusat kehidupan
kebudayaan Yunani. Yang paling termasyur diantaranya adalah:
a. undaisabur, Terletak di Khuzistan,
dibangun oleh Sabur yang dijadikan tempat pembuangan para tawanan Romawi.
Setelah jatuh di bawah kekuasaan Islam. Sekolah-sekolah tinggi kedokteran yang
asalnya diajar berbagai ilmu Yunani dan bahasa Persia, diadakan perubahan-perubahan
dan pembaharuan.
b. Harran,Kota yang dibangun di utara Iraq
yang menjadi pusat pertemuan segala macam kebudayaan. Warga kota Harran
merupakan pengembangan kebudayaan Yunani terpenting di zaman Islam, terutama
dimasa Daulah Abbassiyah.
c. Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi
jajahan Yunani. Dalam kota Iskandariyyah ini lahir aliran falsafah terbesar yang
dikenal “Filsafat Baru Plato” (Neo Platonisme). Dalam masa Bani Abbassiyah
hubungan alam pemikiran Neo Platonisme bertambah erat dengan alam pikiran kaum
muslimin.
4. Kebudayaan Arab
Masuknya
kebudayaan Arab ke dalam kebudayaan Islam terjadi dengan dua jalan utama, yaitu
:
a. Jalan Agama, Mengharuskan mempelajari
Qur’an, Hadist, Fiqh yang semuanya dalam bahasa Arab.
b. Jalan Bahasa,Jazirah Arabia adalah sumber
bahasa Arab, bahasa terkaya diantara rumpun bahasa samy dan tempat lahirnya
Islam.
2.4
Penyebab Keruntuhan Dinasti Abasiyah
Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang
kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku dan
akhirnya runtuh. Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan dinasti
Abbasyiah, yaitu:
1. Faktor
Internal
-
Mayoritas khalifah Abbasiyah periode
akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban
mereka terhadap negara.
-
Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan
Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.
-
Semakin kuatnya pengaruh keturunan
Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi
mereka.
-
Dengan profesionalisasi angkatan
bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
-
Permusuhan antar kelompok suku dan
kelompok agama.
-
Merajalelanya korupsi dikalangan
pejabat kerajaan.
2. Faktor
Eksternal
-
Perang Salib yang berlangsung
beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
-
Penyerbuan Tentara Mongol dibawah
pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu
Khan menandai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncullah beberapa kerajaan,
yaitu :
Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan
Kerajaan Mughal di India.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Daulah
Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi
Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin
Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah.
Al-Mansur
dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya
Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat
perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting
di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga
beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Pada
sistem social Abbasiyah adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti
Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat
mencolok mulai dari perkembangan intelektual, fisik, perekonomian dan
kebudayaan. Adapun penyebab
Keruntuhan Dinasti Abasiyah yang terjadi oleh faktor eksternal dan faktor
internal.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Hasimy, A, Sejarah Kebudayaan Islam.
Jakarta : Bulan Bintang, 1993.
·
Yatim,
badri, Dr., M. A. Sejarah peradaban islam. 2011. Jakrta: PT. Rajagrafindo
Persada
Komentar
Posting Komentar