Bulan Ramadan: Bulannya Al-Qur’an dan 3 Amal yang Sangat Dianjurkan di 10 Hari Terakhir
Bulan
Ramadan merupakan bulan yang sangat istimewa. Salah satu indikasi utama mengapa
bulan ramadan ini sangat istimewa adalah turunnya Firman Allah pertama kali kepada
Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril. Firman Allah tersebut
merupakan pedoman Nabi dan seluruh umat manusia untuk dapat membedakan hal yang
haq dan juga hal yang bathil.
Syekh
Muhammad Sayyid At-Thantawi dalam kitab tafsirnya, Al-Wasith lil Qur’anil Azhim mengatakan
bahwa Firman Allah yang sangat agung tersebut diturunkan kepada Nabi Muhammad
dengan beberapa tahapan. Tahapan pertama, Allah menurunkan Firman-Nya secara
menyeluruh dari Lauh Mahfudz ke langit dunia. Dan tahapan selanjutnya, Allah
memerintahkan malaikat Jibril a.s. untuk menurunkan Firman-Nya kepada Nabi
Muhammad saw dengan cara berangsur-angsur berdasarkan kebutuhan umat muslim
saat itu, sebagai perintah maupun larangan, serta sebagai ibrah dari
kisah-kisah umat terdahulu.
Imam Ibnu
Katsir dalam kitabnya, al-Bidayah wa an-Nihayah menyatakan bahwa Al-Qur’an atau
Firmannya Allah diturunkan pertama kali dari langit dunia kepada Kanjeng Nabi
Muhammad saw bertepatan dengan malam senin tanggal 17 Ramadan. Dan keterangan
lain menyatakan pada tanggal 24 Ramadan.
Menurut
sebagian ulama lainnya, pertama kali Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul
qodar di bulan Ramadan. Hal tersebut berdasarkan dalil naqli, tepatnya dalam
surat Al-Qadr, yang berbunyi:
اِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا
أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ (3)
Artinya,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadar. Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik
daripada 1000 bulan.” (QS Al-Qadr: 1-3).
Berdasarkan
hal tersebut, tidak diragukan lagi bahwa bulan Ramadan disebut sebagai bulannya
Al-Qur’an. Karena pada bulan tersebut, Al-Qur’an sebagai wahyu sekaligus
pedoman umat manusia yang diterima oleh Nabi Muhammad pertama kali diturunkan.
Saat pengajian
kitab Khulashoh al-Aqoid fi al-Islam karya al-Ustadz al-Imam
as-Sayyid Muhammad Zaki Ibrohim, Dr. KH. Mauhibur Rokhman, Lc., MIRKH
menyampaikan bahwa apabila bulan Ramadan disebut sebagai bulan mulia, yang
begitu banyak keistimewaannya, mengapa Nabi Muhammad saw tidak dilahirkan pada
bulan tersebut? Secara gamblang, Beliau menjelaskan bahwa apabila Nabi Muhammad
dilahirkan pada bulan Ramadan, justru kemuliaan Ramadan tidak hanya pantas
karena terjadi kelahiran Nabi, tapi juga dengan indikasi kemulian-kemuliaan
lainnya. Itu sebabnya, Allah memilih bulan Rabiul Awwal agar
satu-satunya yang menjadikan bulan rabiul awwal mulia adalah karena
kelahiran Nabi saw.
Bulan
Ramadan merupakan bulan yang penuh keberkahan. Bulan yang tidak hanya
mengajarkan seorang muslim untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta, tetapi bulan
yang mengajarkan untuk saling mengasihi antar sesama. Pada bulan tersebut
banyak sekali amal kebaikan yang bernilai lebih tinggi dari pada bulan
selainnya. Begitu pun sebaliknya, amal buruk yang dilakukan bisa menjadi lebih
berat dari pada bulan selainnya.
Pada 10 hari
terakhir di bulan Ramadan, ada beberapa amal ibadah yang dapat dimaksimalkan
demi memperoleh tuaian yang berlipat ganda. Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitab
Fathul Mu’in menyatakan ada tiga amalan yang mesti dilakukan pada sepuluh akhir
bulan Ramdhan. Sebagai berikut:
وسن مع التأكيد برمضان وعشره الأخير آكد إكثار صدقة
وتوسعة على عيال وإحسان على الأقارب والجيران للاتباع. وإكثار تلاوة للقرآن في غير
نحو الحش ولو نحو طريق وأفضل الأوقات للقراءة من النهار: بعد الصبح ومن الليل: في
السحر.وإكثار عبادة واعتكاف للاتباع. ( فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين)
“Dan
disunnahkan pada bulan Ramadhan dan sepuluh hari terakhirnya untuk memperbanyak
sedekah, berbuat baik kepada keluarga, berbuat baik kepada kerabat dan
tetangga, demi mengikuti jejaknya Nabi. Dan perbanyaklah membaca Al-Qur'an
dengan cara yang tidak tergesa-gesa, meskipun di jalan. Waktu-waktu terbaik
untuk membaca Al-Qur'an di siang hari adalah setelah fajar dan di malam hari
adalah saat fajar. Dan perbanyaklah ibadah dan berdiam diri (iktikaf) demi mengikuti
jejak Nabi”.
Pertama,
memperbanyak sedekah, mencukupi kebutuhan keluarga, dan berbuat baik kepada
sanak, kerabat maupun tetangga. Dengan menyediakan takjil buka puasa, meskipun
dengan sebiji kurma dan segelas air putih adalah hal yang tidak bisa diremehkan
pahalanya. Demikian juga, apabila seseorang ingin memberikan THR sebagai bentuk
sedekahnya kepada kerabatnya, maka 10 hari terakhir Ramadan dapat menjadi waktu
terbaik untuk menunaikannya.
Kedua,
memperbanyak membaca Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an sangat dianjurkan di mana pun
dan kapan pun, terutama di bulan Ramadan terlebih lagi di 10 hari terakhir
bulan Ramadan. Paling utamanya waktu untuk membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan
yaitu di waktu sahur dan waktu setelah salat subuh. Dengan membaca Al-Qur’an,
seseorang akan memperoleh ketenangan hati dan kejernihan mata, dan juga syafaat
di akhirat kelak menjadi jaminan besar bagi seseorang yang terus menghiasi hidupnya
dengan Al-Qur’an. Semoga Allah senantiasa memberikan kelezatan membaca
Al-Qur’an kepada siapa pun yang membacanya, amin.
Ketiga,
memperbanyak iktikaf di masjid. Iktikaf merupakan berdiamnya seseorang di
masjid dalam rangka memperoleh banyak pahala. Untuk itu, seseorang dapat
melakukan pelbagai ibadah, seperti membaca Al-Qur’an, berzikir atau ibadah
lainnya seraya beriktikaf. Karena iktikaf tersebut merupakan kebiasaan amal
ibadah Rasulullah yang ditingkatkan terutama di sepuluh akhir Ramadan.
Selain itu,
salat malam atau Qiyamulail juga menjadi amal yang perlu untuk diupayakan.
Dalam sebuah keterangan, Rasulullah kerap kali membangunkan keluarganya hanya
untuk melaksanakan salam malam di bulan Ramadan.
Itulah
beberapa anjuran yang dapat dimaksimalkan di sepuluh akhir bulan Ramadan, syahru
al-Qur’an. Semoga kita semua mendapatkan keberkahan bulan Ramadan dengan
semakin bertakwa kepada Allah Swt.
Muhammad
Rifki, 20 Ramadan 1446 H
Komentar
Posting Komentar